Powered By Blogger

Jumat, 28 Januari 2011

Di Satelit Jupiter Ada Makhluk Hidup?


Bila kita memperhatikan langit setelah salat maghrib pada bulan September ini (1997), ada dua “bintang” cemerlang terlihat jelas di sebelah barat dan di sebelah timur. Sebenarnya itu bukan bintang, tetapi planet. Di sebelah barat tampak planet Venus yang paling cemerlang dan di sebelah timur tampak planet Jupiter, ke dua paling terang.
Seusai salat isya Venus terbenam, maka Jupiterlah yang merajai langit malam. Jupiter tampak cemerlang di atas kepala, sehingga awan tipis musim kemarau ini pun tidak mampu menghalangi cahayanya. Planet paling besar di tata surya ini kini menyimpan harapan adanya makhluk hidup selain di bumi. Bukan di planet Jupiter dugaan kehidupan itu berada, tetapi pada salah satu satelit yang mengitarinya: Europa.
Jupiter adalah planet raksasa berukuran 1330 kali bumi, tetapi permukaannya berupa gas cair bersuhu sangat dingin, minus 150 derajat Celsius. Kondisi ini tidak memungkinkan adanya kehidupan seperti yang kita kenal di bumi. Ciri utama planet ini adalah bintik merah raksasa, yang besarnya beberapa kali diameter bumi. Bintik itu adalah topan semi permanen.
Saat ini diketahui ada 17 satelit dan cincin tipis yang mengitari Jupiter. Empat satelit terbesarnya, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa, telah ditemukan oleh Galileo Galilei pada 1610. Pengamatan dengan pesawat antariksa Vayager pada tahun 1970-an mengungkapkan karakteristik yang berbeda-beda antara ke-empat satelit itu. Ganymede menunjukkan aktivitas geologi dengan adanya barisan bukit. Callisto menunjukkan wajah yang penuh kawah tumbukan. Sementara itu Io dipenuhi gunung berapi yang aktif. Europa lain lagi, seluruh permukaannya diliputi es.
Europa, satelit Jupiter keempat terbesar kini menyajikan teka-teki menarik tentang kemungkinan adanya kehidupan. Desember tahun lalu, pesawat Galileo (diambil dari nama astronom Galileo Galilei) memberikan gambar yang lebih jelas tentang Europa ini. Permukaannya menunjukkan adanya pola-pola seperti lautan beku. Diduga di bawah lapisan es itu ada lautan air, komponen penting bagi kehidupan.
Desember mendatang, Galileo akan mendekati lagi Europa. Para astronom pengamat planet menanti gambaran yang lebih rinci tentang satelit ini. Sebenarnya, ini di luar jadwal semula yang ditetapkan November 1997 sebagai akhir missi Galileo. Tetapi, teka-teki Europa mendorong dilakukannya missi lanjutan yang dinamakan GEM (Galileo Extended Mission atau Galileo Europa Mission). Direncanakan selama dua tahun lagi, bila kondisi pesawat memungkinkan, pesawat Galileo akan mengamati Europa lebih cermat dan lebih dekat lagi.
Teka-teki Europa
Dengan diameternya 3.138 km, Europa sedikit lebih kecil daripada bulan kita. Analisis geologinya mengungkapkan bahwa Europa mempunyai interior yang padat, hanya kulitnya yang berselubung es. Dari jarak jauh, permukaan Europa tampak halus. Permukaan yang paling halus di antara semua anggota tata surya.
Pengamatan Galileo atas Europa menggambarkan permukaannya yang lebih rinci daripada data sebelumnya oleh pesawat Voyager pada tahun 1970-an. Gambar yang kirimkan menunjukkan dataran beku yang penuh dengan retakan dan barisan bukit (ridge). Foto jaringan barisan bukit itu mirip foto jaringan jalan raya di kota besar.
Permukaan yang retak mirip keadaannya dengan lautan Artik yang selalu beku di kutub utara. Retakan itu telah terisi bahan-bahan berwarna gelap. Munculnya materi dari retakan permukaan es itu diduga menghasilkan barisan bukit di sekitarnya. Adanya retakan dan barisan bukit itu menunjukkan bahwa lempengan permukaan Europa mengalami perseran. Ini mirip pemisahan lempeng benua di dasar samudra di bumi.
Langkanya kawah-kawah tumbukan meteorit menandakan permukaannya relatif muda, “hanya” sekitar 30 juta tahun. Artinya, ada aktivitas yang mengubah permukaannya dengan menggantinya dengan timbunan materi-materi baru. Karenanya perbedaan kerapatan jumlah kawah tumbukan bisa menunjukkan adanya perbedaan umur geologi permukaannya. Tetapi mungkin pula hilangnya kawah-kawah tumbukan itu hilang tersapu erosi air yang mengalir ribuan atau jutaan tahun lalu, ketika permukaan Europa masih hangat.
Pada barisan bukit di permukaan yang termuda yang dipotret pada jarak hanya 3400 km terlihat noktah seperti aktivitas gunung berapi dingin (cryovulcanism) yang mungkin melemparkan es dan gas. Di permukaan Europa yang beku itu, aliran “lava” gunung berapi mungkin berbentuk cairan air dingin. Barisan bukit di dekatnya tampak terputus oleh aliran itu.
Foto-foto dari Galileo baru-baru ini menunjukkan lautan air berada di bawah lapisan es itu. Bila lautan itu bukan keadaan sesaat, tetapi benar-benar selalau ada, ada dua pertanyaan yang berkaitan: apakah lautan air itu hanya sebatas danau di sekitar titik panas atau lautan global yang menutupi permukaan Europa di bawah lapisan es itu. Sampai saat ini teka-teki ini belum terjawab.
Kehidupan di bawah es beku?
Gambar-gambar yang dikirim Galileo memberikan indikasi adanya air dan sumber panas di bawah permukaannya. Bila benar ada air di bawah es itu, maka bisa dipertanyakan pula adakah kehidupan di air itu. Semua kehidupan di bumi berasal dari air, wajar bila dipertanyakan pula ada tidaknya kehidupan di Europa.
Para ilmuawan mempunyai tiga kriteria untuk menduga kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi: adanya air, adanya sumber panas, dan adanya senyawa organik. Di Europa air diduga ada. Senyawa organik pun diduga ada, karena di tata surya senyawa organik banyak ditemui. Pertanyaan lainnya yang harus dijawab adalah cukupkah sumber panas di bawah permukaan es itu mendukung kehidupan. Gambar dari Galileo menunjukkan adanya aliran es yang mengisyaratkan adanya sumber panas di bawah permukaan es itu.
Jadi, mungkin di bawah lapisan es itu terkandung kehidupan. Tetapi, mungkin bentuknya masih primitif, sekedar binatang bersel satu. Perpanjangan missi Galileo selama dua tahun lagi membawa harapan terkuaknya lebih banyak bukti tanda-tanda kehidupan atau prasyarat kehidupan di luar bumi.
Europa merupakan medan perburuan makhluk hidup di luar bumi yang sangat menarik, selain planet Mars. Namun, Europa tampaknya lebih menjanjikan daripada Mars, walaupun jaraknya lebih jauh.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates