Powered By Blogger

Jumat, 28 Januari 2011

Badai Matahari 2013 Tidak Hancurkan Bumi


Bermula dari pertemuan “Space Weather Enterprise Forum 2010” bertema Building an Informed and Resilient Society – the Decade Ahead National Press Club, Washington DC June 8, 2010 yang menghadirkan Dr Richard Fisher, seorang pakar NASA di Divisi Heliofisika (hubungan matahari-bumi). Media massa (antara lain The Daily Telegraph) kemudian memberitakannya dengan gaya jurnalistik yang “heboh”. Berita itu kemudian berkembang di berbagai situs, termasuk berita on-line di Indonesia. Bahkan ada situs yang menuliskan dengan judul sensasional “NASA: Civilization will end in 2013 (possibly)”. Peradaban akan hancur 2013?
Di blog saya, masalah badai matahari sudah saya jelaskan bahwa itu tidak berdampak pada kehancuran bumi. Hal yang diungkapkan Dr. Fisher juga bukan hal luar biasa dari segi sains, karena isinya hanya memperingkatkan kemungkinan buruk badai matahari. Tetapi BUKAN KEHANCURAN BUMI.
Inti pernyataannya adalah “We know it is coming but we don’t know how bad it is going to be,” Fisher told the Daily Telegraph. “It will disrupt communication devices such as satellites and car navigations, air travel, the banking system, our computers, everything that is electronic. It will cause major problems for the world.”
Para pakar heliofisika (termasuk di LAPAN) menyadari bahwa dampak badai matahari (ledakan di matahari yang dalam bahasa teknis disebut flare dan CME-Coronal Mass Ejection) saat ini lebih tinggi risikonya dibandingkan pada masa lalu. Kerentanan ini disebabkan oleh perkembangan teknologi navigasi dan telekomunikasi yang berbasis satelit, termasuk untuk kepentingan perbankan. Untuk di daerah lintang tinggi seperti Eropa, Rusia, dan Amerika Utara kerentangan juga dialami jaringan listriknya.
Pada saat terjadinya badai matahari, partikel berenergi tinggi (proton dan elektron) dilontarkan dari matahari. Kadang disertai interaksi dengan medan magnet bumi yang memberikan dampak tambahan. Bila partikel itu mengarah ke bumi, fasilitas manusia yang pertama terdampak adalah satelit. Setelah itu jaringan listrik di wilayah lintang tinggi. Tidak ada yang berdampak langsung pada manusia di permukaan bumi. Jadi, hanya dampak teknologi dan ekonomi yang mungkin terjadi.
Tingginya tingkat kerentanan tidak berarti tingginya tingkat bahaya yang akan dialami manusia. Para operator satelit dan pengelola jaringan lintrik telah berupaya meningkatkan sistem proteksinya. Prakiraan datangnya badai matahari digunakan untuk mempersiapkan antisipasinya. Misalnya, untuk sementara waktu di-non-aktif-kan agar tidak mengalami kerusakan, diganti dengan sistem lain sebagai pengganti.
Badai matahari sebenarnya bukan hanya saat puncak yang diperkirakan 2013. Ledakan di matahari sewaktu-waktu terjadi. Hanya saja frekuensi kejadiannya paling banyak saat puncak aktivitas matahari. Tetapi ”lebih sering terjadi”, bukan pula berarti ”paling kuat”. Tidak ada seorang pakar pun yang bisa memperkirakan kapan badai matahari paling akan terjadi, walau perkiraan kasarnya bisa dibuat, yaitu sekitar puncak aktivitas matahari, bisa sebelum atau sesudahnya.
Badai matahari tidak berdampak mematikan atau menghancurkan bumi. Hanya dampak teknologi dan ekonomi yang saya kira sudah disiapkan antisipasinya. Setidaknya perkembangan teknologi 2013 tidak jauh berbeda dengan saat puncak aktivitas matahari tahun 2000. Sekitar tahun 2000 para operator satelit dan pengelola jaringan listrik bisa mengatasi badai matahari yang terjadi. Kita tidak mengalami gangguan yang berarti. Bahkan saat terjadi badai besar 28 Oktober 2003 tidak ada dampak yang dirasakan masyarakat. Apalagi prakiraan terbaru puncak aktivitas matahari tahun 2013 tidak setinggi tahun 2000, hanya sekitar 2/3 puncak tahun 2000 (lihat gambar di bawah). Jadi, tidak perlu risau dengan berita kehancuran bumi atau kerusakan hebat pada 2013.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates